Hallo
semuanya. Kali ini saya akan review Seminar Pengembangan Diri yang bertema “Seni
Berbicara di Depan Publik dan Strategi Berkarir”. Seminar ini telah
dilaksanakan pada hari Selasa, 13 Juni 2017.
STRATEGI BERKARIR
Untuk
membangun suatu bisnis sangat diperlukan strategi-strategi agar bisnis itu
berjalan dengan baik, lancar dan menghasilkan suatu usaha yang unggul dibanding
usaha lainnya. Seperti yang dilakukan oleh Kawan Lama Group, dalam menjalankan
usahanya mereka memiliki strategi dan budaya organisasi yang baik dan
menjadikan perusahaan itu bertahan lama dan menjadi perusahaan yang maju.
Tidak
hanya strategi yang Kawan Lama Group utamakan, namun budaya organisasi dalam
perusahaan mereka terapkan. Berikut budaya organisasi dalam Kawan Lama Group:
a. People:
ELITE
-
E: Excellence, dimana karyawan harus
memberikan hal yang terbaik untuk perusahaan
-
L: Leadership, setiap karyawan harus
memiliki inisiatif
-
I: Integrity, dimana karyawan harus
memiliki kejujuran yang tinggi dan kejujuran itu sangat diutamakan
-
T: Teamwork, setiap karyawan harus
saling bekerja sama demi mencapai tujuan yang dimiliki perusahaan
-
E: Enthusiasm, antusias dalam melakukan
sesuatu
b. Location:
COSY
-
Clear
-
Organized
-
Save
-
Yoss
c. Service:
HELPFUL
d. Product:
QSV
-
Quality
-
Service
-
Value
e. Way
of Works: SBF
-
Smarter
-
Better
-
Faster
Lalu
agar sukses dalam berkarier harus ada 3 diamond (3 intan), yaitu:
a. Difference,
menjadi yang berbeda dari yang lainnya, menjadi yang paling unggul
b. Dream
Big, seorang individu harus memiliki target dan dapat melakukannya dengan baik
c. Dare
to Fight for Dreams, harus bisa menaklukan tantangan dalam menghadapi mimpinya
SENI BERBICARA
Public
speaking merupakan seni untuk menyihir orang lain. Jadi berbicara di depan umum
itu harus memiliki seni. Karena terkadang orang-orang yang berbicara di depan umum
itu merasa lebih takut, mereka merasa lebih kecil dibandingkan dengan
audiensnya. Mereka merasa takut karena merasa diperhatikan lebih detail. Berbicara
di depan umum pun harus ada konten yang menarik.
Teknik
untuk public speaking yang baik:
a. Perhatikan
vocal/suara kita
b. Perhatikan
intonasi/nada suara
c. Postur
tubuh/cara berdiri harus dengan baik, karena postur tubuh/cara berdiri kita
mempresentasikan siapa diri kita
d. Eye
contact, usahakan memiliki banyak kontak mata dengan audiens
e. Jeda
ketika berbicara harus diperhatikan
f. Smiling
voice, berbicara dengan senyum
Konten
yang baik untuk berbicara di depan umum:
a. Jangan
berbicara berbelit-belit
b. Mempunyai
tujuan (akan berbicara mengenai apa)
c. Membuat
point-point apa yang akan disampaikan
d. Tulis
detail point-point itu, jangan pernah dihafalkan
e. Pesan
dan konten yang disampaikan harus bisa dipahami oleh audiens
ANALISIS KASUS
ANALISIS KASUS
PENDAHULUAN
Liputan6.com, New York: Setelah
Eastman Kodak Corporation dinyatakan pailit, muncul beragam penelitian tentang
penyebab kebangkrutan perusahaan pelopor film fotografi tersebut. Menurut sejumlah pengamat, seperti
dikutip laman timesofindia.com, Senin (23/1), perusahaan pelopor fotografi
tersebut tak sanggup melawan arus digital yang semakin berkembang setiap tahun.
Tidak seperti IBM dan Xerox Corp, yang sukses menciptakan arus pendapatan baru
saat bisnis mereka menurun.
Mereka menilai kesalahan Kodak membuang proyek-proyek baru terlalu cepat yang menyebarkan investasi digital terlalu luas, dan puas pada penilaian Rochester, New York, yang membutakan perusahaan untuk berinovasi pada teknologi lain.
"Kodak sangat puas dengan penilaiain Rochester dan tak pernah mengembangkan kehadiran teknologi baru di pusat-pusat dunia," ujar Rosabeth Kanter, Profesor Administrasi Bisnis Arbuckle di Harvard Business School. "Ini seperti mereka tinggal di museum," sindirnya.
Sejak 1888, George Eastman menciptakan sebuah mesin yang menangkap gambar pada pelat kaca besar. Tak puas dengan terobosan itu, dia melanjutkan untuk mengembangkan film roll dan kemudian kamera Brownie. Selanjutnya pada 1960, Kodak mulai mempelajari potensi komputer dan membuat terobosan besar di tahun 1975, saat salah satu insinyur, Steve Sasson, menemukan kamera digital. Namun, Kodak tak segera mencium potensi pasar tersebut dan tak fokus pada high-end kamera bagi pasar niche. Para eksekutif juga takut mengorbankan penjualan film initi mereka.
"Ketika (George Eastman) meninggal, ia menyisakan pengaruh pada perusahaan, yang salah satunya Kodak akan terus terikat dalam nostalgia," kata Nancy Westt, seorang profesor yang menulis sejarah Kodak dari University of Missouri. "Nostalgia memang indah, tapi itu tidak memungkinkan orang untuk bergerak maju." tandasnya.
Selain itu, penyebab kebangkrutan Kodak karena perusahaan tersebut melewatkan peluang bisnis. Di Consumer Electronics Show di Las Vegas tahunan pekan lalu, Perez dan Kodak memperkenalkan dua kamera baru yang diyakini bisa terhubung secara nirkabel dengan printer dan posting foto ke Facebook. Namun beberapa pengulas gadget mengatakan kamera baru tidak bisa terhubung ke web tanpa membonceng pada smartphone atau koneksi Wi-Fi.
"Orang tidak hanya tertarik dengan fitur baru, kecuali sesuatu yang revolusioner, dan ini adalah fitur tambahan,"ujar Suzanne Kantra, Editor Blog Teknologi Techlicious dan matan Editor Teknologi Popular Science.
Analis mengatakan Kodak bisa menjadi sebuah kelompok media sosial jika telah berhasil meyakinkan konsumen untuk menggunakan layanan online untuk menyimpan, berbagi, dan mengedit foto-foto mereka. Sebaliknya, Kodak berfokus terlalu banyak pada perangkat dan kalah dalam pertempuran online untuk jaringan sosial seperti Facebook.
Mereka menilai kesalahan Kodak membuang proyek-proyek baru terlalu cepat yang menyebarkan investasi digital terlalu luas, dan puas pada penilaian Rochester, New York, yang membutakan perusahaan untuk berinovasi pada teknologi lain.
"Kodak sangat puas dengan penilaiain Rochester dan tak pernah mengembangkan kehadiran teknologi baru di pusat-pusat dunia," ujar Rosabeth Kanter, Profesor Administrasi Bisnis Arbuckle di Harvard Business School. "Ini seperti mereka tinggal di museum," sindirnya.
Sejak 1888, George Eastman menciptakan sebuah mesin yang menangkap gambar pada pelat kaca besar. Tak puas dengan terobosan itu, dia melanjutkan untuk mengembangkan film roll dan kemudian kamera Brownie. Selanjutnya pada 1960, Kodak mulai mempelajari potensi komputer dan membuat terobosan besar di tahun 1975, saat salah satu insinyur, Steve Sasson, menemukan kamera digital. Namun, Kodak tak segera mencium potensi pasar tersebut dan tak fokus pada high-end kamera bagi pasar niche. Para eksekutif juga takut mengorbankan penjualan film initi mereka.
"Ketika (George Eastman) meninggal, ia menyisakan pengaruh pada perusahaan, yang salah satunya Kodak akan terus terikat dalam nostalgia," kata Nancy Westt, seorang profesor yang menulis sejarah Kodak dari University of Missouri. "Nostalgia memang indah, tapi itu tidak memungkinkan orang untuk bergerak maju." tandasnya.
Selain itu, penyebab kebangkrutan Kodak karena perusahaan tersebut melewatkan peluang bisnis. Di Consumer Electronics Show di Las Vegas tahunan pekan lalu, Perez dan Kodak memperkenalkan dua kamera baru yang diyakini bisa terhubung secara nirkabel dengan printer dan posting foto ke Facebook. Namun beberapa pengulas gadget mengatakan kamera baru tidak bisa terhubung ke web tanpa membonceng pada smartphone atau koneksi Wi-Fi.
"Orang tidak hanya tertarik dengan fitur baru, kecuali sesuatu yang revolusioner, dan ini adalah fitur tambahan,"ujar Suzanne Kantra, Editor Blog Teknologi Techlicious dan matan Editor Teknologi Popular Science.
Analis mengatakan Kodak bisa menjadi sebuah kelompok media sosial jika telah berhasil meyakinkan konsumen untuk menggunakan layanan online untuk menyimpan, berbagi, dan mengedit foto-foto mereka. Sebaliknya, Kodak berfokus terlalu banyak pada perangkat dan kalah dalam pertempuran online untuk jaringan sosial seperti Facebook.
TEORI
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan menurut Daeli (2010) merupakan
norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Kepemimpinan merupakan
proses dinamis yang berbeda dari situasi ke situasi dengan perubahan pada
pemimpin, pengikut, dan situasi.
BUDAYA
ORGANISASI
Menurut Patterson (dalam Indayanti
dkk, 2012) budaya organisasi didefinisikan sebagai persepsi karyawan terhadap
kebijakan, prosedur, dan perilaku yang mendukung dari organisasi.
ANALISIS KASUS
Berdasarkan
kasus diatas, dapat dikatakan bahwa perusahaan Kodak mempunyai masalah dalam
mengembangkan inovasi baru. Dimana budaya organisasi dalam perusahaan Kodak
masih belum bisa membuat perusahaan bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama
dan terus semakin berkembang. Dan budaya organisasinya itu bisa berpengaruh
pada kinerja karyawan, karena kinerja karyawan sangat berpengaruh pada kemajuan
sebuah perusahaan. Contohnya soal ide untuk membuat inovasi baru untuk produk
sebuah perusahaan itu.
Selain
itu, peran pemimpin pun sangat menentukan perusahaan itu bisa berkembang maju
atau tidak. Karena kalau peran pemimpin saja kurang, karyawan pun akan kurang
optimal dalam menjalani pekerjaan.
Referensi:
Daeli, S.P. (2010). Hubungan Kepemimpinan dan Motivasi Kerja
dengan Kepuasan Kerja. Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Dalam
Negeri.
Kasus diunduh dari http://tekno.liputan6.com/read/373621/penyebab-kodak-bangkrut