Jumat, 17 Maret 2017

TRAINING (PELATIHAN) DAN DEVELOPMENT (PENGEMBANGAN)

TRAINING (PELATIHAN) DAN DEVELOPMENT (PENGEMBANGAN)


TRAINING (PELATIHAN)
Pelatihan adalah suatu kegiatan yang direncanakan oleh perusahaan/institusi untuk memfasilitasi proses belajar karyawan untuk mencapai kompetensi dalam pekerjaanya (Noe, dalam Yuwono dkk, 2005). Kompetisi ini meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dianggap penting untuk mencapai kinerja yang tinggi. Tujuan pelatihan yaitu agar karyawan dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dilatih dalam program pelatihan sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan mereka sehari-hari. Dari penjelasan itu kita dapat mengerti bahwa pelatihan merupakan suatu proses belajar.

DEVELOPMENT (PENGEMBANGAN)
            Pengertian tentang konsep pengembangan yang bermakna pertumbuhan atau realisasi dari kemampuan seseorang melalui proses belajar yang disadari atau tidak disadari (Yuwono dkk, 2005). Menurut Amstrong (dalam Yuwono dkk, 2005) program pengembangan biasanya meliputi elemen dari pelajaran yang direncanakan, pengalaman dan seringkali didukung oleh fasilitas coaching dan konseling. Sedangkan menurut Noe (dalam Yuwono, 2005), pengembangan mengacu pada pendidikan formal, pengalaman kerja, hubungan interpersonal serta penilaian (assessment) terhadap kepribadian dan kemampuan yang dapat membantu karyawan mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang.

FILOSOFI PELATIHAN
Menurut Amstrong (dalam Yuwono dkk, 2005) Training Philosophy meliputi:
  • Pendekatan strategis dalam pelatihan, yaitu suatu perspektif jangka panjang tentang keterampilan, pengetahuan dan tingkat kompetensi karyawan yang dibutuhkan oleh perusahaan/organisasi.
  • Terintegrasi, program pelatihan yang direncanakan harus dibuat secara terintegrasi dengan seluruh bagian dalam organisasi.
  • Relevan, pelatihan harus disesuaikan dengan identifikasi maslah dan kebutuhan organisasi beserta individu pendukungnya.
  •  Berdasarkan masalah, pelatihan harus didasarkan pada usaha penyelesaian masalah dalam organisasi.
  • Berorientasi pada tindakan, pelatihan sebaiknya menekankan pada program yang memungkinkan untuk dilaksanakan dan mendorong orang untuk bertindak.
  • Terkait dengan kinerja, keterkaitan pelatihan dengan tuntutan kinerja secara khusus.
  • Berkesinambungan, pelatihan tidak hanya ditujukan pada occasional point dalam karir seorang karyawan.
Keuntungan yang dapat diperoleh organisasi jika berhasil melaksanakan program pelatihan yang sesuai dengan filosofi tersebut menurut Amstrong (dalam Yuwono dkk, 2005) yaitu:
  • Meminimalkan biaya untuk proses belajar
  • Meningkatkan kinerja individual, kelompok dan perusahaan
  • Meningkatkan fleksibilitas operasional
  • Menghasilkan staf yang berkualitas tinggi
  • Meningkatkan komitemen staf
  • Membantu mengelola perubahan
  • Membantu mengembangkan budaya yang positif dalam organisasi
  • Memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan.

DESAIN SISTEM PELATIHAN YANG EFEKTIF
a.       Langkah 1. Menganalisa Kebutuhan Pelatihan
Analisa kebutuhan pelatihan adalah upaya untuk memastikan apakah pelatihan merupakan sesuatu yang benar-benar dibutuhkan oleh organisasi dan karyawan atau tidak.
-          Analisa Terhadap Organisasi
Menurut Noe (dalam Yuwono dkk, 2005), ada 3 faktor yang perlu dipertimbankan sebelum memilih pelatihan sebagai solusi dari masalah yang dihadapi, yaitu:
1.      Arah Strategi Organisasi
2.      Dukungan Manajer dan Rekan Kerja
3.      Sumber Daya Untuk Pelatihan
-          Analisa Terhadap Karyawan
Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu:
1.      Karakteristik Karyawan, mencakup pengetahuan, kemampuan dan keterampilan, sikap dan motivasi
2.      Input, terkait dengan instruksi tentang apa, bagaimana dan kapan tugas dilakukan
3.      Output, mencakup standar untuk menilai keberhasilan kinerja, konsekwensi, dan konsekwensi positif dan negatif
4.      Umpan balik, merupakan informasi yang diterima karyawan tentang kinerjanya
-          Analisa Terhadap Tugas
Berikut analisa terhadap tugas, yaitu:
1.      Memilih pekerjaan yang akan dianalisa
2.      Membuat daftar pendahuluan tentang tugas yang akan dilakukan dalam suatu pekerjaan
3.      Melakukan validasi atau konfirmasi tentang daftar tugas yang telah dibuat
4.      Indentifikasi tantang pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pendukung yang dibutuhkan untuk melakukan masing-masing tugas
b.      Langkah 2. Menentukan Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan yang benar mempunyai 4 kriteria, yaitu:
-          Dapat diamati (observable), tujuan pelatihan dibuat dalam pernyataan tertulis tentang jenis perilaku khusus yang didapat
-          Dapat diukur (measureable), tujuan pelatihan harus dapat terukur sehingga dapat dinilai seberapa tepat perilaku yang ditampilkan
-          Dapat dicapai (attainable), tujuan pelatihan harus realistis
-          Spesifik
c.       Langkah 3. Memastikan Kesiapan Karyawan dalam Mengikuti Pelatihan
Kesiapan mengikuti pelatihan ini meliputi:
-          Karakteristik pribadi yang dibutuhkan untuk mempelajari materi pelatihan dan menerapkannya dalam pekerjaan
-          Lingkungan kerja yang dapat memberi fasilitas untuk proses belajar
d.      Langkah 4. Menciptakan Suatu Lingkungan Belajar
Program pelatihan harus melibatkan prinsip-prinsip dalam teori belajar yaitu:
-          Teori Penguat, teori ini menekankan bahwa orang akan termotivasi melakukan atau menghindari suatu perilaku karena pengalaman atas hasil/akibat dari perilaku tersebut dimasa lalu
-          Teori Belajar Sosial, teori ini menekankan bahwa seseorang belajar melalui proses pengamatan/observasi terhadap perilaku orang lain (model) yang mereka anggap berpengetahuan atau terbukti mampu
-          Teori Kognitif, menggambarkan cara individu berlajar untuk mengenali dan mendefinisikan masalah serta bereksperimen untuk menemukan solusinya
-          General Laws of Learning, suatu pernyataan yang menggambarkan kondisi yang harus ada agar peserta dapat belajar
-          Teori Belajar Orang Dewasa, dikembangkan sebagai teori khusus untuk membahas bagaimana orang dewasa belajar
-          Transfer Of Training, kemampuan peserta menerapkan secara efektif dan berkesinambungan apa yang telah mereka pelajari kedalam pekerjaannya
e.       Langkah 5. Mengorganisasikan Materi Pelatihan
Ada 2 prinsip utama yang dapat membantu cara mendesain kurikulum:
-          Ajarkan keterampilan dengan urutan yang kronologis, artinya ajarkan peserta bagaimana menguasai keterampilan langkah demi langkah sesuai dengan urutan yang kronologis, yaitu mengorganisasikan informasi dalam suatu urutan waktu
-          Ajarkan keterampilan yang sederhana/mudah sebelum mengerjakan keterampilang yang rumit/suli
Cara mengajarkan keterampilan:
-          Tell, memberikan deskripsi verba;/gambaran dengan kata-kata tentang bagaimana keterampilan harus dilakukan
-          Show, demonstrasikan bagaimana keterampilan harus dilakukan atau tunjukan melalui video
-          Invite, minta peserta untuk berlatih keterampilan yang diajarkan
-          Encourage, mengidentifikasi apalah peserta telah melakukan keterampilan dengan benar
-          Correct, mengidentifikasi bagaimana peserta dapat meningkatkan kinerjanya
f.       Langkah 6. Memilih Metode Pelatihan
Metode pelatihan terdiri dari:
-          Metode presentasi, metode dimana peserta pelatihan lebih banyak berperan sebagai penerima informasi yang pasif
-          Metode hands-on, metode pelatihan yang menuntu peserta untuk terlibat secara aktif dalam pelatihan
-          Metode membangun kelompok, metode ini digunakan untuk meningkatkan efektivitas tim atau kelompok
g.      Langkah 7. Mengevaluasi Program Pelatihan
Evaluasi program pelatihan terdiri dari evaluasi formatif dan sumatif.
-          Evaluasi formatif, memberi informasi tentang bagaimana membuat program yang lebih baik. Evaluasi ini biasanya menyangkut pengumpulan data kualitatif tentang program

-          Evaluasi sumatif, evaluasi yang mengukur sejauh mana perubahan peserta sebagai hasil dari partisipasinya dalam program pelatihan.

Referensi:

Yuwono, I., Suhariadi, F., Handoyo, S., Fajrianthi., Muhammad, B. S., & Septarini, B. G. (2005).  Psikologi Industri & Organisasi. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar